Wisata Kuliner dan Tempat Bersejarah di Kepri

Wisata Kuliner di Tanjung Pinang



1. Melayu Square


 



Sentra kuliner bernama Melayu Square ini berada di kawasan Tepi Laut yang hanya berjarak tidak lebih darisatu kilometer dan Pelabuhan Sri Bintan Pura. Melayu Square dikenal sebagai pusat jajanan Melayu seperti laksa, teh tarik, gonggong rebus, sup ikan, ikan asam pedas, ikan bakar danpenganan local khas lainnya. Sangat direkomendasikan untuk dikunjungi, terutama bagi Anda pencinta kuliner dan penikmat suasana tepi laut. Mulai buka sejak sore, kawasan ini mengakhiri aktifitas sekitar pukul 12.00 malam. Anda akan menikmati hidangan di udara yang terbuka dengan angin laut yang berhembus sepoi sepoi Teh Tarik menjadi minuman yang paling di gemari masyarakat setempat juga pendatang.



2. Meja Tujuh


 Dari namanya memang agak unik, seolah olah hanya ada tujuh buah meja, Terletak di jalan kawasan Jalan Tugu Pahlawan, Meja Tujuh termasuk ikon kuliner Tanjungpinang yang ramai dikunjungi. Mulai buka sejak sore hingga tengah malam, Meja Tujuh terkenal karena sajian masakan seafood-nya yang bercitarasa khas. Namun kalau Anda kurang menyukai makanan laut tak perlu khawatir karena di tempat ini, Anda juga dapat menjajal rupa-rupa masakan Chinese food dan Melayu. Umumnya, kedai-kedai yang ada selain menempati ruko-ruko di sepanjang kanan dan kiri jalan, sehingga sambil menyantap hidangan kesukaan, Anda bias meninkmati hingar-bingar suasana malam Kota Tanjungpinang


3. Rumah Makan Melayu Sarbana


Tempat makan yang sederhana yang terbuat dari kayu bulat dan tediri dari beberapa bangunan yang terpisah pisah ini berlokasi di daerah Kampung Bulang. Berdiri diatas lautan yang dikenal dengan daerah sungai Carang. Rumah makan ini menyajikan berbagai makanan khas masakan melayu dengan bahan baku seafood, menu favorit di sini ialah Ikan Sembilang Asam Pedas, Sotong Masak itam, Kepiting saus, Gonggong dan banyak lagi pilihan

4. Jalan Bali

 

Di sekitar kawasan Jalan Bali ini terdapat sebuah gerai atau kedai yang menjajakan berbagai macam kue, panganan dan makanan ringan yang di suguhkan kepada para pembeli, Kue Lumpur, epok epok, kue bingke, tepung gomak, dan masih banyak lagi kue kue yang tersedia disini. Gerai ini selalunya di buka pada jam 14.00 hingga pukul 18.00 petang untuk yang pagi hari sebuah kedai yang berlokasi tidak jauh dari lokasi ini sebuah Gerai yang diberinama “Kedai Kopi Penyengat” juga menjajakan berbagai macam kue dan panganan lokal juga yang buka dari jam 07.00 hingga petang.



Tempat Bersejarah di Kepri
 
 
  Pulau Lingga, merupakan Kabupaten Lingga dengan ibukotanya Daik, Provinsi Kepulauan Riau.

1. Bekas Istana Damnah




      Yang tersisa dari bangunan yang dahulunya sangat megah ini hanyalah tangga muka, tiang-tiang dari sebahagian tembok pagarnya yang seluruhnya terbuat dari beton. Sekarang puing istana ini terletek dalam hutan belantara yang disebt Kampung Damnah. Istana Damnah didirikan oleh Raja Muhammad Yusuf Al-Ahmadi, yang Dipertuan Muda Riau X (1857-1899).

2. Kerajaaan Riau Lingga

Raja-raja Kerajaan Riau-Lingga yang memerintah kerajaan selama periode pusat kerajaan di Daik Lingga yaitu :
  • Sultan Abdurakhman Syah (1812-1832)
  • SultanMuhammad Syah (1832-1841)
  • Sultan Mahmud Muzafar Syah (1841-1883)
  • Sultan Abdurrakhman Muazzam Syah (1883-1991)
Tingginya tingkat konflik di Selat Malaka, mengakibatkan kerajaan-kerajaan harus melengkapi keberadaannya dengan berbagai sistem pertahanan. Sistem pertahanan keamanan yang diterapkan  oleh Kerajaan Lingga diantaranya adalah membangun pos-pos pertahanan, yang sampai saat ini masih dapat kita jumpai yaitu berupa tanggul-tanggul tanah yang dilengkapi dengan beberapa meriam untuk menjaga akses masuk kekerajaan. tanggl-tanggul tanah itu diantaranya adalah di Pulau Mepar, Bukit Cening, Kuala Daik dan tanggul tanah yang terdapat di Pabean.


      Kota Kerajaan Lingga berpusat di Daik, yang saat ini merupakan ibukota Kecamatan Lingga, termasuk dalam wilayah Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Secara astronomis keseluruhan Daik-Lingga terletak antara 00 13' - 00 14' LS dan 1040 36 - 1040 41 BT (Rencana Kota Daik, 1991). Sampai saat ini tinggalan arkeologis di bekas Kerajaan Lingga cukup lengkap, diantaranya adalah beberapa bangunan monumental, seperti ; mesjid, makam, bekas istana, benteng-benteng pertahanan, dan tinggalan artefaktual lainnya.

 3. Benteng Tanah Bukit Cening


      Benteng tanah ini berjarak sekitar 3 km sebelah selatan ibukota Kecamatan Lingga, tepatnya di Kampung Seranggo, Kelurahan Daik. Pada jarak satu kilo meter terakhir menuju benteng, merupakan jalan setapak yang hanya dapat dicapai dengan jalan kaki. Benteng ini dibangun di atas bukit, menghadap ke tenggara, dengan pintu masuk berada di sebelah utara. Bagian selatan benteng ini adalah tebing yang menghadap ke Selat Kolombok, sebelah utara tanpa Gunung Daik dan Sepincan, barat daya tampak pulau Mepar, sedangkan sebelah barat-barat laut merupakan daratan dan lokasi istana sultan lingga. benteng ini merupakan bangunan tanah yang di bangun dengan meninggikan dan mengeraskan tanah, menyerupai tanggul, berdenah persegi empat, berukuran 32m x 30m, tebal sekitar 4 meter dengan ketinggian mencapai 1-1,5m. di sebelah kiri, kanan dan depan benteng ini terdapat parit yang sebagian telah tertutup tanah. melalui benteng ini pandangan bebas mengawasi daerah sekelilingnya.  
      Di dalam benteng ini terdapat sebanyak 19 buah meriam yang di letakkan berjajar di sisi selatan. meriam-meriam di benteng ini dapat di klasifikasikan sebagai meriam berukuran sedang dan besar, dengan ukuran panjang antara 2-2,80m. lubang laras berdiameter 8-12cm. pada meriam tersebut terdapat pertulisan yang terletak di bagian pangakal atau pada pengaitnya, sebagian dalam keadaan aus. angka tahun yang terdapat pada meriam itu adalah 1783 dan 1797, sedangkan tanda-tanda lain meliputi huruf P.HB.X.O.F. dan VOC

0 komentar:



Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.